Cinta itu Memang Buta!


Secara Ilmiah, Cinta itu Memang Buta!

Apa yang Anda rasakan ketika sedang jatuh cinta atau berada di dekat pujaan hati? Perasaan cinta diketahui bisa menghipnotis bagian otak yang bekerja sebagai pengontrol depresi dan melakukan analisa higher thought. Itulah kenapa orang yang sedang jatuh cinta akan merasa riang, gembira, murah senyum, dan... cenderung "buta". Bagaimana hal itu terjadi?

Adalah dua ilmuwan dari University College London, yang berupaya merekam Gerakan otak manusia ketika sedang memandangi foto kekasih atau pujaan hati. Dengan menggunakan sebuah functional Magnetic Resonance Imager (fMRI) untuk mendeteksi kerja otak, mereka akhirnya menemukan apa yang dicarinya.

Dari hasil deteksi fMRI diketahui, bagian otak yang bertugas sebagai pengontrol depresi dan analisis, sama sekali tidak bekerja ketika orang jatuh cinta memandangi foto kekasih atau pujaan hatinya. "Sebaliknya, fMRI menemukan kegiatan yang cukup aktif pada bagian otak pengontrol intuisi, rasa "ser-seran" dan bagian otak yang bekerja merespon obat. Sedangkan bagian-bagian otak lainnya tidak bekerja!"

Kenapa demikian? Menurut psikiater dan asisten klinik psikiater di University of California San Francisco School of Medicine, Dr. Thomas Lewis, jatuh cinta memang bukan merupakan fungsi otak. Lewis dalam bukunya yang bertajuk A General Theory of Love mengatakan, jatuh cinta itu lebih merupakan fungsi saraf.

Oo.. Kalau begitu kesimpulannya, tidak heran kenapa orang yang jatuh cinta kerap melakukan hal-hal bodoh, karena mereka -mungkin- "bekerja" tanpa menggunakan otak. Cinta memang buta, tapi berpikir realitis perlu juga, lho. Btw, bagaimana aktivitas otak orang yang baru putus cinta, ya?
To be continue..